Kamis, 10 November 2016

SEJARAH TARI/WAYANG TOPENG MALANGAN





SEJARAH TARI/WAYANG TOPENG MALANGAN



Topeng Malangan kini sudah semakin terkenal, namun siapa-siapa pelaku sejarah yang mempopulerkan Tari/Wayang Topeng Malangan belum banyak diketahui orang. Memang ada beberapa sejarawan yang berusaha menggali sejarah perkembangan Tari/Wayang Topeng Malangan, ini patut diapresiasi, tetapi penggalian mereka masih belum terlalu dalam keberangkatan awal pembahasannya, hal ini mungkin karena keterbatasan bukti-bukti peninggalan sejarah yang dijadikan reverensi, akibatnya bagi pembaca pemula menyangka bahwa Topeng Malangan ini adanya dimulai dari Kedungmonggo Pakisaji yang dipopulerkan oleh “mbah Karimun”, kemudian menyebar ke wilayah lainnya.
Selanjutnya tulisan ini dibuat agar menambah wawasan bagi pemerhati sejarah Tari/Wayang Topeng Malangan yang kita cintai ini.
Dari penelusuran ke beberapa tokoh Topeng Malangan di Kecamatan Sumberpucung didapat keterangan bahwa jauh sebelum mbah Karimun (Kedungmonggo Pakisaji) mempopulerkan Topeng Malang, ternyata di Desa Senggreng Jatiguwi, Sambigede dan Turus Ternyang telah lebih dulu ada perkumpulan atau kelompok Wayang Topeng. Menurut beberapa sumber tokoh Topeng Malangan, ternyata Tari Topeng Malangan awal mulanya berasal dari Desa Senggreng Kecamatan Sumberpucung. Dalam hal ini mendiang bapak Katam AR (tokoh budayawan Malang) pernah berkunjung ke Senggreng menemui beberapa pelaku sejarah/sesepuh Topeng Malangan yang masih hidup, beliau menelusuri sendiri sejarah Topeng Malangan di Senggreng. Dari sini terkuak bahwa, menurut beberapa tokoh tersebut perkembangan sejarah Tari Topeng Malangan berasal dari Senggreng dan Jatiguwi. Awal mulanya pada sekitar tahun 1890 terdapat tokoh bernama Tuan Kusen dan Tuan Yansen warga Belanda yang bertempat tinggal di Dusun Jatimulyo (Kebon Klopo) Desa Jatiguwi Kecamatan Sumberpucung. Mereka ahli menari Tari Topeng, pada saat itu Tuan Kusen ketika menari menjadi Tokoh Gunungjati, dan Tuan Yansen membawakan tokoh Potrojoyo. Mereka mempunyai 2 (dua) orang Kacung-kacung (pembantu) yaitu Pak Seno dan Pak Madrim yang berasal dari Desa Senggreng Kecamatan Sumberpucung.
Lama menjadi pembantu pada orang kedua orang tersebut, Pak Seno dan Pak Madrim turut belajar menari Topeng sampai ahli melebihi gurunya. Karena keahlian itulah, istri dari Tuan Kusen bernama Supiani jatuh hati kepada Pak Seno. Yang kemudian oleh Pak Seno dan Ny. Supiani kawin lari meninggalkan desa Senggreng dan Jatiguwi. Mereka bersembunyi di daerah Sundeng, Malang (sebelah timur Rampal). Dalam pelariannya itu mereka membawa 16 karakter topeng, dan karena situasi yang tidak memungkinkan, maka Pak Seno menitipkan topeng-topeng tersebut kepada Pak Reni, di Polowijen, Malang. Kemudian oleh Pak Reni karena beliau juga suka terhadap topeng, akhirnya karakter topeng ditambahkan menjadi 62 karakter wajah, yang nantinya dibuatkan juga koreografi tarian oleh Pak Seno.
Setelah keadaan kondusif, Pak Seno kembali ke Desa Senggreng, yang selanjutnya demi melestarikan seni Tari Topeng, beliau sebagai generasi pertama mengajarkan Tari Topeng tersebut langsung kepada generasi berikutnya diantaranya:
1.    Generasi Kedua
Pak Kugur (Jatiguwi), Pak Abas (Jatiguwi), Pak Wiji (Kalipare), Pak Sakup (Senggreng), Pak Sahul (Ternyang), Pak Tro Karun (Senggreng) dan Pak Setro Saman yang berasal dari Kedungmonggo, Pakisaji, dimana beliau adalah ayahanda dari Mbah Karimun sang Maestro Topeng Malang yang sudah terkenal.
2.    Generasi Ketiga
Pak Parsan (Senggreng), Pak Slamet (Senggreng), Pak Gisan (Senggreng), Pak Radi (Senggreng), Pak Reman (Senggreng), Pak Jimun (Senggreng), Pak Kastawi (Senggreng), Pak Remat (Senggreng), Pak Rejo (Senggreng), Mbah Carik Darmo (Senggreng), Yai Takim (Senggreng), Pak Cawek (Senggreng)
3.    Generasi Keempat
Pak Gayat (Senggreng), Pak Gini (Senggreng), Pak Satemin (Senggreng), Pak Sangsang (Senggreng), Pak Watiru (Senggreng), Pak Rantam (Senggreng), Pak Ngarmun Gotel (Senggreng), Pak Muadi (Senggreng), Pak Muaram (Senggreng), Pak Sidik Tukang (Senggreng), Pak Sanu (Surabaya),  Pak Radi (Senggreng), Pak Tasrip Kuwowo (Senggreng), Pak Samadi (Senggreng), Pak Samuri Bayan  (Senggreng),
4.    Generasi Kelima
Pak Suep Blakijo (Sambigede), Pak Saimun (Sambigede), Pak Jari Bancet (Senggreng), Pak Sambi (Sambigede), Pak Pandri (Sambigede), Pak Kasbun (Sambigede), Pak Setro Gimin (Sambigede), Pak Sauri (Sambigede), termasuk Mbah Karimun (Kedungmonggo) masuk generasi ini.
5.    Generasi Keenam
Pak Kuseman (Turus), Pak Takim Kamituwo (Sambigede), Pak Samuri (Senggreng), Pak Tasimun (Sambigede), Pak Juair (Sambigede), Pak Meseno (Sambigede), Pak Kamdani (Sambigede), Pak Wadri (Sambigede), Pak Buwono Bucal (Jatiguwi), Pak Madyo (Jatiguwi)
6.    Generasi Ketujuh
Pak Slamet Kepetengan (Rancah), Pak Gampang (Rancah), Pak Slamet Mendol (Rancah), Pak Ngadi (Rancah), Pak Paimo (Rancah),
7.    Generasi Kedelapan
Pak Bardjo Jiono (Jambuwer), beliau bersama 2 rekannya mempelajari Tarian Gunungsari dan Klono pada sekitar Tahun 1965. Setelah masa tersebut tidak ada lagi sumber yang menceritakan bahwa Pak Seno menerima murid lagi, jadi Pak Bardjo Jiono beserta 2 rekannya merupakan murid terakhir, sejak itu  perkembangan Tari Topeng di Kecamatan Sumberpucung mengalami masa suram, grup-grup Tari Topeng yang ada di Senggreng dan Jatiguwi mati suri. Namun sebagian penari-penarinya tetap aktif menjadi penari Topeng membantu pada grup di tempat lain yang masih hidup, seperti di Kedungmonggo, Jabung dan lain-lain. Pak Seno meninggal dunia pada Tahun 1976.
8.       Generasi terkini
Mbah Madyo yang dari kecil sudah menekuni Topeng Malangan dengan sanggar Tari “Madyo Laras”nya dengan konsisten terus menerus melatih baik Pedalangan, Karawitan maupun Tari Topeng Malangan, namun diakui gebyarnya kalah dengan Mbah Karimun (Kedung Monggo) , pada hal secara kualitas tidak kalah. Pada tahun 2003 Pak Madyo meninggal dunia, selanjutnya  sanggar dilanjutkan oleh putranya (Susilo Hadi) dan muridnya (Heri Supriyanto). Dan kini di Desa Jatiguwi terdapat 2 (dua) Sanggar Tari Gagrak Malangan dan Topeng Malang yaitu : Sanggar Seni Madyo Laras dan Sanggar Seni Amisandi. (Profil Sanggar Tari Madyo Laras dan Amisandi terlampir).
          Demikian sejarah Tari Topeng Malangan yang menjadi tarian khas Kabupaten Malang.

Denmabahbei, 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar